Rabu, 14 Juli 2021

Dinamika Pembelajaran Daring di Masa Pademi Covid 19

SMK Tekstil Lailatul Qodar Sukoharjo

 Dinamika Pembelajaran Daring di Masa Pademi Covid 19


 

Sejak pandemi covid melanda indonesia maret 2020 sistem belajar mengajar mengalami perubahan drastis. Semula pembelajaran hanya mengandalkan pembelajaran tatap muka sekarang beralih menjadi pembelajaran daring (online). Keputusan ini diambil oleh menteri pendidikan Indonesia untuk memutus rantai penularan covid 19.

Pembelajaran daring (online) dilaksanakan di semua jenjang pendidikan yaitu dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK sampai perguruan tinggi. Tidak ada lagi pembelajaran di ruang kelas beralih di ruang online. Langkah tepat tetapi tidak dibarengi dengan persiapan. Karena untuk pembelajaran daring banyak memerlukan perangkat teknologi dan sumber daya yang memadai.

Hal ini berakibat banyak guru atau tenaga pendidik yang kaget dengan situasi yang demikian. Seperti yang terjadi di sekolah penulis yaitu di SMK Tekstil Lailatul Qodar Sukoharjo, banyak tenaga pendidik yang kebingungan mengahadapi situasi seperti ini. Banyak kendala yang dihadapi jika harus mengadakan pembelajaran secara daring mulai dari gadget yang tidak semua siswa punya dan jaringan internet yang tidak memungkinkan serta gagap menggunakan aplikasi daring yang guru sendiri belum menguasai. Akan tetapi cara inilah yang mampu membatasi terjadinya kerumunan seperti kegiatan yang ada di sekolah.

 

GAGAP TEKNOLOGI PENDIDIKAN DARING

Tatap muka di sekolah yang biasa dilakukan oleh guru dan siswa untuk mendapatkan pendidikan sekarang telah digantikan dengan ruang daring (online).

Proses yang terbilang sangat kilat ini membuat tenaga pendidik menjadi gagap teknologi penggunaan aplikasi daring serta mengalami kesulitan dalam penerapannya. Hal ini juga dibenarkan oleh menteri pendidikan Nadiem Mekarim "saya menyadari memang sulit untuk mengubah kebiasaan pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring (berbasis online). Tetapi paling tidak masih ada pembelajaran".

Pemerintah juga menjanjikan kuota belajar untuk memperlancar kegiatan pembelajaran daring, tetapi kenyataan ya tidak semua guru atau siswa mendapatkannya. Banyak sekali kendala yang dihadapi terutama di sekolah penulis. Hanya 60% dari guru dan siswa yang mendapatkan kuota belajar dari pemerintah.

 

PENDIDIKAN YANG TERKESAN DIPAKSAKAN

Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas pembelajaran dari para peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun penyampaian dari guru.

Tidak sedikit siswa atau orang tua yang mengeluh dengan kegiatan pembelajaran daring ini. Yang semula anak tidak dikenalkan dengan gadget tetapi dengan pembelajaran daring ini mau tidak mau orang tua harus membelikan gadget sebagai sarana pembelajaran. Tak hanya gadget, kuota internet juga sangat dibutuhkan saat menggunakan aplikasi pembelajaran. Untuk tingkat SD dan SMP orang tua juga merasa sangat keberatan jika harus mendampingi anak-anaknya untuk mengikuti pembelajaran disela-sela kesibukannya bekerja. Sedang untuk tingkat SMA/SMK dan perguruan tinggi dimungkinkan untuk pembelajaran tidak dikhawatirkan.

Tidak hanya siswa dan orang tua, tenaga pendidik pun masih kesulitan dalam menerapkan pembelajaran online. Guru masih mengalami kendala dalam pemilihan aplikasi yang bisa digunakan untuk pembelajaran.

Seperti di sekolah penulis, tidak sedikit guru hanya memberikan tugas-tugas melalui pesan singkat grup WA. Guru membentuk grup WA yang beranggotakan siswa atau wali untuk update pembelajaran setiap harinya. Kenyataannya pembelajaran yang mengandalkan grup WA saja memang kurang kondusif.

 

PELATIHAN GURU UNTUK PEMBELAJARAN DARING

Memang kita dibebaskan untuk memilih platform daring untuk pembelajaran kita sendiri. Tetapi jika mengandalkan pembelajaran daring dengan grup WA saja akan berdampak pada siswa. Guru tidak dapat memantau kondisi dan keadaan siswa. Apakah siswa tersebut dapat menerima materi dengan baik? Terlebih lagi untuk mata pelajaran eksak seperti matematika.

Maka dari itu pemerintah berupaya memberikan berbagai macam pelatihan untuk menggunakan aplikasi daring. Guru berusaha memenuhi tuntutan agar pembelajaran dari dapat berjalan lancar dan berkembang. Tetapi kebanyakan ini hanya berlaku bagi guru yang berada diusia milenial (lahir tahun 1981 ke atas), mereka masih semangat dan cepat beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Pelatihan - pelatihan yang diberikan pemerintah seperti penggunaan aplikasi zoom, google meet, google class room, microsoft teams dan lain-lain, sangat bermanfaat bagi guru.  Guru dapat mengekspor ilmu yang didapat dari pelatihan tersebut dan menerapkan di sekolah masing-masing. Namun yang jadi kendala siswa kita belum sepenuhnya siap mengikuti pembelajaran dengan aplikasi tersebut. Salah satunya gadget siswa tidak mendukung untuk menginstal aplikasi daring.

 

KENDALA PEMBELAJARAN DARING

Berbagai macam kendala yang terjadi dari munculnya pembelajaran daring antara lain kendala ekonomi, sinyal internet yang tidak stabil, gadget yang tidak mampu menginstal aplikasi, dan apakah bisa efektif?

Inilah yang dihadapi oleh dunia pendidikan  kita dimasa pandemi covid 19. Tidak semata-mata guru memberikan soal-soal kemudian siswa diminta menjawab. Siswa dibebankan tugas yang sangat banyak dari berbagai mata pelajaran. Bukan itu kuncinya.

Tetapi lebih dari bagaimana menciptakan suatu pembelajaran daring yang bermakna. Ini yang menjadi PR untuk pemerintah dan kita semua khusunya tenaga pendidik.

Kendala-kendala yang dihadapi di masa pandemi ini harus segera dipikirkan caranya agar proses pembelajaran daring seperti yang diharapkan.

Tidak ada yang mustahil ketika kita mau bahu membahu bekerja sama dari lingkup pemerintah, menteri pendidikan, tenaga pendidik, siswa dan orang tua.

Oleh karena itu peran berbagai pihak dapat menyelamatkan kehidupan pendidikan kita di masa pandemi.


Penulis 

Guru Mapel Matematika


Dewi Sulistyowati, S.Pd.