PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB)
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB)
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Sejak pandemi covid melanda indonesia maret
2020 sistem belajar mengajar mengalami perubahan drastis. Semula pembelajaran
hanya mengandalkan pembelajaran tatap muka sekarang beralih menjadi
pembelajaran daring (online). Keputusan ini diambil oleh menteri pendidikan
Indonesia untuk memutus rantai penularan covid 19.
Pembelajaran daring (online) dilaksanakan
di semua jenjang pendidikan yaitu dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK sampai
perguruan tinggi. Tidak ada lagi pembelajaran di ruang kelas beralih di ruang
online. Langkah tepat tetapi tidak dibarengi dengan persiapan. Karena untuk
pembelajaran daring banyak memerlukan perangkat teknologi dan sumber daya yang
memadai.
Hal ini berakibat banyak guru atau tenaga
pendidik yang kaget dengan situasi yang demikian. Seperti yang terjadi di
sekolah penulis yaitu di SMK Tekstil Lailatul Qodar Sukoharjo, banyak tenaga
pendidik yang kebingungan mengahadapi situasi seperti ini. Banyak kendala yang
dihadapi jika harus mengadakan pembelajaran secara daring mulai dari gadget yang
tidak semua siswa punya dan jaringan internet yang tidak memungkinkan serta
gagap menggunakan aplikasi daring yang guru sendiri belum menguasai. Akan
tetapi cara inilah yang mampu membatasi terjadinya kerumunan seperti kegiatan
yang ada di sekolah.
Tatap muka di sekolah yang biasa dilakukan
oleh guru dan siswa untuk mendapatkan pendidikan sekarang telah digantikan
dengan ruang daring (online).
Proses yang terbilang sangat kilat ini
membuat tenaga pendidik menjadi gagap teknologi penggunaan aplikasi daring
serta mengalami kesulitan dalam penerapannya. Hal ini juga dibenarkan oleh
menteri pendidikan Nadiem Mekarim "saya menyadari memang sulit untuk
mengubah kebiasaan pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring (berbasis
online). Tetapi paling tidak masih ada pembelajaran".
Pemerintah juga menjanjikan kuota belajar
untuk memperlancar kegiatan pembelajaran daring, tetapi kenyataan ya tidak
semua guru atau siswa mendapatkannya. Banyak sekali kendala yang dihadapi terutama
di sekolah penulis. Hanya 60% dari guru dan siswa yang mendapatkan kuota
belajar dari pemerintah.
Pembelajaran daring yang belum dipersiapkan
secara matang ini tentu berdampak terhadap metode pembelajaran yang dilakukan
oleh para tenaga pendidik. Demikian pula penerimaan atas pembelajaran dari para
peserta didik pun sangat beragam, seringkali tidak memahami materi maupun
penyampaian dari guru.
Tidak sedikit siswa atau orang tua yang
mengeluh dengan kegiatan pembelajaran daring ini. Yang semula anak tidak
dikenalkan dengan gadget tetapi dengan pembelajaran daring ini mau tidak mau
orang tua harus membelikan gadget sebagai sarana pembelajaran. Tak hanya
gadget, kuota internet juga sangat dibutuhkan saat menggunakan aplikasi
pembelajaran. Untuk tingkat SD dan SMP orang tua juga merasa sangat keberatan
jika harus mendampingi anak-anaknya untuk mengikuti pembelajaran disela-sela
kesibukannya bekerja. Sedang untuk tingkat SMA/SMK dan perguruan tinggi
dimungkinkan untuk pembelajaran tidak dikhawatirkan.
Tidak hanya siswa dan orang tua, tenaga
pendidik pun masih kesulitan dalam menerapkan pembelajaran online. Guru masih
mengalami kendala dalam pemilihan aplikasi yang bisa digunakan untuk
pembelajaran.
Seperti di sekolah penulis, tidak sedikit
guru hanya memberikan tugas-tugas melalui pesan singkat grup WA. Guru membentuk
grup WA yang beranggotakan siswa atau wali untuk update pembelajaran setiap
harinya. Kenyataannya pembelajaran yang mengandalkan grup WA saja memang kurang
kondusif.
Memang kita dibebaskan untuk memilih
platform daring untuk pembelajaran kita sendiri. Tetapi jika mengandalkan
pembelajaran daring dengan grup WA saja akan berdampak pada siswa. Guru tidak
dapat memantau kondisi dan keadaan siswa. Apakah siswa tersebut dapat menerima
materi dengan baik? Terlebih lagi untuk mata pelajaran eksak seperti
matematika.
Maka dari itu pemerintah berupaya
memberikan berbagai macam pelatihan untuk menggunakan aplikasi daring. Guru berusaha
memenuhi tuntutan agar pembelajaran dari dapat berjalan lancar dan berkembang.
Tetapi kebanyakan ini hanya berlaku bagi guru yang berada diusia milenial
(lahir tahun 1981 ke atas), mereka masih semangat dan cepat beradaptasi dengan
perubahan yang ada.
Pelatihan - pelatihan yang diberikan
pemerintah seperti penggunaan aplikasi zoom, google meet, google class room,
microsoft teams dan lain-lain, sangat bermanfaat bagi guru. Guru dapat mengekspor ilmu yang didapat dari
pelatihan tersebut dan menerapkan di sekolah masing-masing. Namun yang jadi
kendala siswa kita belum sepenuhnya siap mengikuti pembelajaran dengan aplikasi
tersebut. Salah satunya gadget siswa tidak mendukung untuk menginstal aplikasi
daring.
Berbagai macam kendala yang terjadi dari
munculnya pembelajaran daring antara lain kendala ekonomi, sinyal internet yang
tidak stabil, gadget yang tidak mampu menginstal aplikasi, dan apakah bisa
efektif?
Inilah yang dihadapi oleh dunia
pendidikan kita dimasa pandemi covid 19.
Tidak semata-mata guru memberikan soal-soal kemudian siswa diminta menjawab.
Siswa dibebankan tugas yang sangat banyak dari berbagai mata pelajaran. Bukan
itu kuncinya.
Tetapi lebih dari bagaimana menciptakan
suatu pembelajaran daring yang bermakna. Ini yang menjadi PR untuk pemerintah
dan kita semua khusunya tenaga pendidik.
Kendala-kendala yang dihadapi di masa
pandemi ini harus segera dipikirkan caranya agar proses pembelajaran daring
seperti yang diharapkan.
Tidak ada yang mustahil ketika kita mau
bahu membahu bekerja sama dari lingkup pemerintah, menteri pendidikan, tenaga
pendidik, siswa dan orang tua.
Oleh karena itu peran berbagai pihak dapat
menyelamatkan kehidupan pendidikan kita di masa pandemi.
Penulis
Guru Mapel Matematika
TEKNOLOGI PEMBUATAN BENANG
TATA BUSANA
JURUSAN
TEKNOLOGI PEMBUATAN BENANG
PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Copyrights @ SMK Tekstil Lailatul Qodar Sukoharjo - Blogger Templates By Templateism | Templatelib